Bagaimana saran dan kiat agar bisa menjadi muballigh atau khotib yang baik ketika berdakwah?
Jawaban :
Sebenarnya ada banyak kiat dan tips untuk melakukan itu. Namun inilah cara yang paling mudah dan yang paling manjur untuk ‘membius’ hadirin. Ada banyak ulama yang memakai cara-cara ini dan berhasil. Diantaranya adalah Habib Umar bin Hafidh, Habib Ali Al Jufri, Habib Jindan, KH Zainuddin MZ, Habib Munzir Al-Musawa, KH M Arifin Ilham, KH. Abdullah Gymnastiar atau AA Gym, Buya Yahya, dan banyak lagi sederet da’i besar lainnya.
Caranya adalah :
1. Jangan menyampaikan ceramah kecuali dalam keadaan suci. Artinya berwudhu dulu.
2. Jangan terlalu banyak membuat tawa pada hadirin disaat ceramah. Maksudnya bukan tidak boleh, lawakan di sela-sela ceramah boleh-boleh saja demi untuk mencairkan suasana, agar hadirin tidak mengantuk, atau membuat anda dan hadirin menjadi terasa lebih akrab, yang tidak boleh adalah : lawakannya jangan terlalu banyak.
3. Jangan menjelekkan orang lain apalagi sampai menyebut namanya.
Tambahan lainnya dan ini adalah rahasia pembuka kesuksesan penceramah hingga ceramahnya diterima dan digandrungi oleh hadirin, resep dari sejumlah da’i besar seperti Habib Munzir Al Musawa, dll.
4. Pasang niat dihati. Sebelum berceramah niatkan dulu di hati anda, dan rasakan bahwa anda sebenarnya enggan untuk berceramah karena merasa belum pantas untuk melakukannya, masih banyak yang lain yang lebih pantas, lebih cocok, dan lebih alim dari anda. Namun kemudian berdirilah dengan niat anda hanya sekedar ingin menjadi penyambung lidah Rasulullah saw, atau merasa berkewajiban menyampaikan amanat-amanat dari Rasulullah saw yang kebetulan anda ketahui.
5. Dalam menyampaikan ceramah katakan dihati anda : sebenarnya saat itu anda tidak bermaksud untuk menceramahi hadirin, apalagi untuk menggurui dan menghakimi mereka, namun katakan dalam hati anda : sesungguhnya anda sedang menceramahi diri anda sendiri, mengingatkan kembali diri anda sendiri dari hal-hal yang mungkin anda lupakan.
6. Pilihkan kalimat-kalimat terbaik dalam setiap penyampaian, pilih kalimat yang enak untuk didengar. Kalimat yang lembut bukan keras sehingga membuat hadirin merasa ditampar, kalimat yang empuk sehingga begitu enak masuk kehati bukan yang tajam yang membuat kuping hadirin menjadi merah.
Bayangkan jika seandainya anda adalah seorang pemabuk, penjudi, pezina, pembuat kejahatan, pelaku dosa, ketika ada orang yang memberi nasehat kepada anda kira-kira kalimat apa sajakah yang menurut anda lebih enak untuk didengar dan lebih mudah merasuk kehati dan membuat anda jadi tersentuh?, tentunya nasihat yang lembut, mengajak dengan rasa kasih sayang, kalimat yang tak membuat orang merasa terhakimi dan terpojokkan karena ucapan anda. Ingatlah bahwa tak semua hadirin itu adalah ulama, santri, kalangan pesantren, orang-orang berilmu. Namun ditengah-tengah itu juga ada kalangan umum, pendosa, penjudi barangkali, dan aneka macam komunitas lainnya.
Bayangkan seandainya posisi anda ditukar, anda adalah salah seorang dari pendosa yang sedang mendengarkan ceramah seorang da’i yang membahas materi dan gaya bahasa seperti yang anda gunakan saat itu, apa yang anda rasakan? senangkah? merasa tersinggung? merasa terpojokkan? atau malah merasuk kedalam kalbu anda yang dalam? Nah, pilihlah untaian-untaian kalimat yang paling indah, kalau perlu padukan dengan sastra, hal itu akan membuat gaya berceramah anda semakin indah dan memukau hadirin. Jika anda berhasil merangkul semuanya ‘masuk’ kedalam alur materi ceramah yang anda sampaikan, anda adalah seorang da’i yang hebat. Anda akan menjadi salah satu da’i kecintaan mereka. Anda akan disegani, omongan anda akan di dengar, wejangan-wejangan dari anda akan selalu dirindukan.
Itulah yg anda untaikan pada hadirin, maka anda akan lihat mereka sangat menyimak ceramah anda dg asyik, dan boleh perindah dg bahasa sastra, dalami buku buku sastra dan buku tentang syair syair cinta, lalu alihkan maknanya kepada Allah dan Rasul saw. Wallahu a’lam.