سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗأَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS. Fusshilat : 53)
Rabu 16 Maret 2016, pagi hari sekitar pukul 06.15 WIB, Awan bertuliskan mirip lafadz Allah menghiasi langit yang terekam di beberapa wilayah Muntilan dan DIY. Pemandangan menakjubkan ini kemudian menghebohkan masyarakat sekitar. Banyak di antara mereka yang menyaksikan kemudian mengambil gambar untuk mengabadikan momen ini. Karena memang berlangsung cukup lama, sekitar setengah jam. Di antaranya adalah hasil jepretan kamera hp dari salah satu teman saya di UMY, Kasihan, Bantul yang kebetulan menyaksikan pemandangan langit berlukiskan awan menyerupai lafal Allah ini.
Foto Oleh : Sakinatudh Dhuhuriyah |
Sebenarnya fenomena serupa juga sudah banyak kita dengar sebelumnya. Seperti gelombang tsunami Aceh dulu yang katanya membentuk lafal Allah, lafal Allah pada bulu hewan, lafal Allah yang terbentuk dari tumbuhan, lafal Allah pada bagian anggota tubuh manusia, dan masih banyak lagi.
Namun, kita juga mesti cermat dan berhati-hati dengan kabar-kabar seperti ini. Apalagi di zaman yang semakin berkembang seperti sekarang ini, banyak sekali gambar hasil manipulasi oknum tertentu dengan motif yang bermacam-macam. Termasuk gambar-gambar tentang munculnya lafal Allah seperti ini juga riskan akan rekaya digital oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab, baik untuk kepentingan pribadi ataupun upaya pembodohan terhadap umat islam.
Semua fenomena aneh sangat mungkin terjadi. Sangat mudah bagi Allah hanya menggerakkan awan di langit untuk melukiskan namaNya. Namun jangan sampai fenomena semacam ini kemudian disalah artikan, menganggapnya sebagai pertanda baik atau buruk. Bahkan Rasulullah saw meluruskan pemahaman orang-orang tentang peristiwa gerhana yang dulu terjadi di Madinah tepat di hari meninggalnya Ibrahim bin Muhammad, putra Nabi dari istri asal Mesir, Maryam al-Qibtiyyah. Penduduk Madinah ketika itu mengkaitkan peristiwa gerhana matahari yang terjadi dengan meninggalnya putra Nabi, Ibrahim bin Muhammad. Kemudian Nabi meluruskan pemahaman mereka bahwa peristiwa gerhana matahari dan bulan bukanlah disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang.
Begitu juga dengan munculnya lafal Allah menghiasi langit ini, seringkali orang mereka-reka dan mengakaitkannya akan terjadinya sesuatu. Kebiasaan mengkaitkan kejadian aneh yang terjadi di alam ini dengan keyakinan akan terjadinya sesuatu seperti ini akan menjerumuskan kita ke dalam perilaku khurafat yang bisa mengotori kemurnian akidah. Bahkan, tidak sedikit orang kemudian mengkeramatkan benda, hewan, ataupun tumbuhan yang secara aneh muncul nama Allah.
Lalu bagaimana semestinya kita bersikap? Sebagai orang beriman, semestinya meyakini bahwa seluruh alam ini diatur oleh Allah. Segala yang terjadi di alam ini, termasuk hal-hal aneh, tidak lepas dari kehendak Allah. Jadikan semua fenoma semacam ini sebagai tadabbur dan tafakkur atas kemahakuasaan Allah sebagai sang khaliq. Jadikan semua itu sebagai sarana supaya kita selalu ingat kepada Allah, senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Semakin menyadari bahwa Allah itu selalu ada menyertai kita. Karena selama ini banyak manusia sering bertindak sewenang-wenang, berbuat maksiat, seolah Allah dianggapnya tidak ada.